Transfer tafsir surat AL BAQOROH
( Hasil kajian bersama KH. Abdul Wahid Hasyim, rutin dan urut mengkaji kitab tafsir IBNU KATSIR setiap hari Ahad di Masjid Al Masyhur desa Bageng –Gembong )
يُنْفِقُونَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
3. (yaitu) Mereka yang beriman kepada yang ghaib, menegakan sholat, dan menginfaqkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka
Yang dimaksud muttaqin dalam ayat sebelumnya lebih diperjelas lagi yaitu dengan karakter sebagai berikut :
a. Iman kepada yang ghaib :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgm18XwPGfuvmCemQ8Bt8O_pgsqD_Io2o1AFp5OA8H4icXbiYOG1uwmi7wQebfXy2S0tyPihDaBoG5tzVPD_flmxS10EzcIt-1-jMNSa55yZOnJWS_ovgt0hISBA8n-6hV6Mmgjun9Twf9S/s200/al-quran-1.jpg)
Adapun pengertian ghaib adalah apa saja yang tidak bisa ditangkap dengan panca indra manusia. Yang dimaksud ghaib dalam pembahasan ayat ini adalah semisal dzat Allah, Malaikat, berita tentang surga dan neraka, termasuk di dalamnya adalah takdir yang akan terjadi pada diri kita.
Apapun yang terkait dengan berita-berita ghaib hanya Allah yang tahu, maka kita hanya boleh menerima berita ghaib hanya yang datang dari Allah saja.
عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا {} إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (QS. 72:26) Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. 72:27)
Hanya Allah yang mengetahui hal-hal yang ghaib dan tidak diberitahukan kepada sembarang orang. Allah hanya mewahyukan kepada orang-orang pilihannya yaitu para Rasul-Nya. Oleh karena itu segala macam bentuk dan tata cara peribadatan yang didorong dengan kepercayaan ghaib harus ada petunjuk dari Allah dan tuntunan dari Rasul-Nya. Bila ada satu bentuk kepercayaan ghaib yang tidak berdasarkan petunjuk Allah pasti sesat dan menyesatkan.
Sehingga sudah bisa dipastikan apabila ada seseorang yang merasa dirinya mengetahui hal-hal yang ghaib, atau menyatakan mampu mendatangkan manfaat atau mudlorot secara ghaib itu adalah berita bohong dan menyesatkan. Bahkan Nabi pun dengan tegas menyatakan tidak tahu hal yang ghaib, kecuali mendapatkan berita langsung dari Allah. Sebagaimana yang diberitakan Allah dalam QS Al A’raaf : 188
قُل لآَّأَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَامَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah:"Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. 7:188)
Bahwa Rasul ataupun nabi-nabi tidak mampu mendatangkan manfaat ataupun menolak mudlorot kecuali semuanya atas kehendak Allah SWT . Nabi adalah pembawa berita gembira berupa balasan surga bagi orang orang yang iman dan amal sholeh, dan nabi membawa berita ancaman siksa yang amat pedih bagi mereka yang ingkar kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dan keduanya adalah berita ghaib,yang hanya orang-orang beriman saja yang percaya dan yakin terhadap adanya berita kabar gembira dan berita ancama tersebut.
Demikian penjelasan tentang Iman kepada yang ghaib.
Namun dalam kenyataan di masyarakat banyak sekail umat Islam yang tidak percaya dengan nash Allah dalam permasalahan ghaib, bahwa itu adalah mutlak otoritas Allah yang maha tahu. Tidak sedikit umat Islam yang meyakini ada dzat selain Allah yang mampu menyingkap tabir keghaiban. Kita lihat kelompok-kelompok tasawwuf yang mempunyai kepercayaan bahwa mursyid (imam besar thoriqot) mereka diyakini mempunyai kemampuan untuk menembus tabir keghaiban. Dengan membuat cerita-cerita bohong yang ditulis dalam kitab dan dibaca oleh ribuan santri-santri yang sedang belajar di pesantren. Sehingga banyak masyarakat yang menyimpang aqidahnya, karena berita-berita bohong tersebut.
Misalnya….Di dalam buku Thoriqoh Muktabaroh di Indonesia yang ditulis KH. Abdul Wahid Hasyim disebutkan….
“ Semua pengikut thoriqah meyakini dengan haqqul yakin bahwa mursyid mereka menerima wahyu dari Allah SWT dan mampu menyingkap tabir ghaib. Seperti yang ditulis dalam kitab LUJAINUD DANI, menceritakan bahwa satu kafilah perniagaan dikepung oleh perampok dan akan membunuh pemiliknya, maka ia menyebut nama Syaikh Abdul Qadir al Jailani, minta pertolongan kepadanya agar diselamatkan dari bahaya, dan bernadzar akan memberi hadiah dengan sebagian hartanya.
Ketika itu Syaikh Abdul Qadir al Jailani sedang sholat dua rekaat. Setelah selesai sholat dua rekaat beliau mengambil sebelah alas kakinya dan melemparkan ke udara sambil berteriak. Kemudian beliau mengambil alas kaki yang satunya dan melemparkannya sebagaimana yang pertama. Maka kedua kepala perampok tersebut jatuh tersungkur dan mati terkena alas kaki yang dilemparkan Syaikh Abdul Qadir al Jailani, padahal jaraknya dua puluh tiga hari perjalanan.
Inilah yang banyak terjadi pada mayoritas umat Islam. Santri yang belajar di pesantren sudah akan dianggap mampu mengajar atau mendapat gelar KYAI, manakala sudah khatam mengkaji kitab IHYA ULUMMUDIN karya AL GHOZALI, yang salah satu isi dari kitab tersebut adalah ; WAJIB iman kepada orang yang mampu membuka tabir keghaiban karena perjalanan spiritualnya.
Menegakan sholat :
Yang dimaksud dengan menegakkan sholat adalah :
a. Tegak dalam arti dlohir, yaitu melakukan sholat-sholat fardlu dengan tenang sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw dan disempurnakan dengan KHUSYU’ (bisa dilihat dalam kitab Bulughul Marom dalam bab sifat-sifat sholat nabi )
Untuk memahami menegakkan sholat dalam arti dlohir hanya dua hal yang perlu menjadi perhatian kita yaitu yang terkait dengan Rukun dan Syaratnya sholat, serta khusyu’ dalam sholat.
b. Jiwa sholat yang terdapat dalam bacaan bacaan sholat :
Bahwa dalam kehidupan ini manusia selalu menghadapi persoalan-persoalan hidup. Maka minta tolonglah hanya kepada Allah dengan media sholat dan shabar. Sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam QS. AL-Baqoroh : 45
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (QS. 2:45)
Manusia mempunyai dua macam kesulitan hidup, yaitu kesulitan dalam mematuhi aturan aturan Allah dan kesulitan dalam perjalanan kehidupan. Dan hanya kepada Allah saja menyandarkan pertolongan atas kesulitan-kesulitan tersebut. Yaitu dengan jalan menegakkan sholat dan shabar. Shabar adalah masalah yang penting dalam menghadapi kehidupan. Karena tanpa shabar dengan mudah manusia menjadi putus asa dalam menghadapi hidup, fatalnya mereka berdoa dan minta tolong kepada selain Allah ketika menghadapi kesulitan.
Hal di atas sangat terkait erat dengan masalah aqidah, yaitu beribadah, berdoa dan minta tolong hanya kepada Allah saja. Untuk itulah di dalam masalah sholat dibutuhkan KHUSYU’, yang intinya ketundukan hanya kepada Allah saja.
Kecuali itu tegaknya sholat akan berdampak kepada tanha ‘anil fahsya’ wal munkar, mencegah perbuatan perbuatan keji dan kemungkaran.
Sebagaimana yang disebutkan Allah dalam QS AL ANKABUT : 45
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar
( QS. Al-Ankabut : 45 )
Keadaan-keadaan di atas akan bisa terpenuhi manakala kita mamahami makna dari setiap bacaan-bacaan sholat, kemudian mempunyai tekad untuk mengamalkan apa yang terkandung dalam bacaan-bacaan tersebut. Dan disertai hati yang KHUSYU’, yaitu hati yang tunduk patuh kepada Allah.
Kalau kita lihat dalam kenyataan sekarang, tidak sedikit orang Islam yang melakukan sholat, bahkan sholat sudah semacam jadi budaya. Akan tetapi di mana-mana masih juga kita temukan kemungkaran dan pelanggaran syari’at Allah. Hal ini dikarenakan umat Islam hanya sekedar melakukan sholat bukan menegakkan sholat.
Dan unsur yang terpenting dari kesemuanya adalah hati yang IKHLASH, yaitu ibadah hanya kepada Allah saja dengan tanpa mempersekutukannya dengan dzat yang lain.
Menginfaqkan sebagian hartanya,
Pengertian infaq dalam istilah Qur’an adalah mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan umat dan perjuangan. Maka yang dimaksud mendermakan dalam ayat ini adalah mengeluarkan sebagian hartanya untuk ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH dan nafkah wajib keluarga seperti yang dinyatakan Allah dalam QS AL BAQOROH : 215
يَسْئَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلْ مَآأَنفَقْتُم مِّن خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأَقْرِبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنَ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمُ
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah:"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. 2:215)
Infaq yang dimaksud dalam ayat tersebut dalam fiqih diistilahkan dengan SHODAQOH. Secara umum shodaqoh hukumnya wajib, tidak boleh dalam sebuah masyarakat Islam teradapat orang yang kelaparan. Bila terjadi kelaparan dalam sebuah jama’ah maka akan terjadi dosa kifayah bagi umat Islam.
Adapun pengertian infaq yang kedua adalah terkait dengan kepentingan-kepentingan perjuangan, kepentingan penegakan syariat Allah. Dalam QS AT TAUBAH : 53 Allah berfirman tentang perintah Infaq
قُلْ أَنفِقُوا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا لَّن يُّتَقَبَّلَ مِنكُمْ إِنَّكُمْ كُنتُمْ قَوْمًا فَاسِقِينَ
Katakanlah:"Nafkahkanlah hartamu baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik". (QS. 9:53)
Ini salah satu ayat yang menyatakan perintah Allah dan hukumnya WAJIB Infaq Fie Sabilillah, baik dalam keadaan RELA maupun TERPAKSA. Kalau kita mendermakan sebagian harta kita untuk Sabilillah dengan ketaatan maka Allah akan membalas dengan pahala yang berlipat lipat. Sebaliknya apabila kita memberikan harta tersebut dengan keterpaksaan maka kita tidak akan mendapat apa apa, dan tidak akan mampu menyelamatkan siksa Allah di hari peradilan kelak, karena kita termasuk orang orang FASIK karena mengingkari salah satu perintah Allah, yaitu perintah INFAQ FIE SABILILLAH.
Bahkan Allah mengancam orang orang yang tidak mau berinfaq, seperti ketegasan Allah dalam QS AL HADID : 10
وَمَالَكُمْ أَلاَّتُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَللهِ مِيراثُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لاَيَسْتَوِى مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولاَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلاًّ وَعَدَ اللهُ الْحُسْنَى وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah).Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu.Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik.Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 57:10)
Demikianlah betapa pentingnya infaq, sehingga Allah menjadikan infaq sebagai salah satu pokok dari masalah agama. Maka kalau kita lihat beberapa ayat dalam Al Qur’an masalah infaq selalu digandengkan dengan masalah iman, seperti misalnya firman Allah dalam QS AL BAQOROH : 177
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ باِللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَالْمَلَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّنَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقاَمَ الصَّلَوةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَآءِ وَالضَّرَّآءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (QS. 2:177)
Bahwa termasuk pokok-pokok agama adalah IMAN, INFAQ, SHOLAT dan ZAKAT.
Allahu ‘alam bish showwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar